BTW (Bike To Work), Yakin ?



Go green, save earth begitulah kira-kira semboyan atau slogan yang sering terdengar atau terlihat di iklan-iklan layanan masyarakat. Entah tujuannya memang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perubahan iklim atau cuma sekedar embel-embel untuk meningkatkan popularitas atau meningkatkan nilai jual dari produk tertentu. Namun memang begitulah kenyataan yang terlihat sehari-hari Salah satu reaksi yang mungkin muncul sebagai tangapan positif dari misi menyelamatkan bumi antara lain adalah munculnya gerakan bike to work. Bersepeda ke tempat kerja, mungkin seperti itulah terjemahan kasarnya.
Ada banyak hal yang dijanjikan oleh kebiasaan bersepeda ini, diantaranya adalah mengurangi polusi udara, kemacetan dan sebagai olah raga tentunya.
Terlepas dari masalah penyelamatan bumi dengan  mengurangi polusi mungkin ada baiknya jika dilihat lagi dampak penggunaan sepeda di jalan raya. Bukan dari sisi pengguna kendaraan bermotor yang jujur saja pasti merasa terganggu dengan pengguna sepeda yang dianggap memperlambat perjalanan mereka. Bukan sesuatu rahasia lagi jika kita melihat tempramen orang Indonesia di jalanan. Becak,andong, sepeda adalah kendaraan kelas bawah ( hanya pendapat sebagian orang yang merasa memiliki jalanan dan tidak tahu kalau ada sepeda yang harganya bisa 10 kali lipat dari motor bututnya).
Saya yakin, tujuan utama pengguna sepeda ikut gerakan bike to work bukanlah untuk menyelamatkan bumi. Misi paling penting yang biasanya bisa diterima akal adalah olah raga untuk kesehatan dan penghematan uang tentunya. Di negara-negara barat pemikiran ini memang ada benarnya karena pengguna sepeda dimanjakan dengan berbagai fasilitas seperti jalur khusus yang benar-benar terpisah dengan kendaraan lain dan tempat parkir yang sudah disediakan ditempat-tempat umum.
Berbicara soal olah raga untuk kesehatan dengan bersepeda di jalanan Indonesia saya rasa justru terlalu naif. Jika dilihat secara langsung, ya memang bentuknya olah raga namun alangkah pahitnya kenyataan jika justru penyakit yang datang. Saat mengayuh, detak jantung akan meningkat demikian juga dengan tarikan nafas yang diambil. Pertanyaannya, bersihkah udara yang dihirup?. Bukan masalah untuk mereka yang bersepeda di pegunungan atau di pantai, namun di jalan raya akan berbeda halnya. Alih-alih menghirup udara bersih, justru karbon monoksida lah yang masuk ke paru-paru.
Jogjakarta, tempat saya tinggal saat ini juga digalakkanan gerakan bike to work, sepeda santai dan semacamnya. Di wilayah kota memang sudah disediakan jalur alternatif dan jalur khusus untuk sepeda yang diharapkan bisa berguna bagi pengguna sepeda meskipun pada akhirnya justru diserobot oleh kendaraan lain. Sepeda santai yang sebaiknya (menurut saya) dimulai dibawah jam 6 pagi justru start pukul 8 saat jalanan sudah penuh dengan kendaraan lain yang punya gas buang. Lalu dimanakah letak “sehat” yang dituju jika olah raga saja justru menjadi racun secara tidak langsung.
Kurangnya rasa aman di jalanan juga salah satu faktor penting yang menghambat naiknya trend bersepeda (mengesampingkan faktor polusi dan cuaca yang panas terik). Jogja terkenal dengan pembalapnya. Mayoritas pengendara motor ber-plat AB adalah tukang ngebut (komentar ini sudah saya dengar berkali-kali dari orang yang berbeda). Jadi jangankan pengguna sepeda, pejalan kaki yang mau menyeberang saja harus menunggu mobil yang berbaik hati mau mengurangi kecepatan dan memberi kesempatan untuk menyeberang (motor biasanya jarang melakukan hal ini).
Terlepas penting tidaknya, Bike to Work adalah sesuatu gerakan yang harus didukung. Hanya saja, yang saya lihat, hal ini cuma sekedar trend yang berkembang dan lebih kearah ikut-ikutan negara luar. Dan semuanya dilakukan tanpa disertai niat yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Saya pengguna sepeda (hanya berani seminggu sekali mengingat tingginya tingkat polusi udara) dan saya tahu bagaimana rasanya disalip oleh motor dengan kecepatan tinggi. Saya tahu bagaimana rasanya disemprot asap hitam bis kota yang tak terawat dan diteriaki kernet supaya minggir.
Akhir kata,diluar konteks Bike To Work  “Dunia tak perlu diselamatkan, Manusianyalah yang perlu dididik”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar